Sirilus dari Aleksandria

Sirilus atau Kirilos dari Aleksandria (bahasa Latin: Cyrillus Alexandrinus; bahasa Yunani: Κύριλλος Ἀλεξανδρείας, Kirillos Alexandreias) adalah seorang Kristen pada abad ke-4 yang menjabat sebagai uskup di Aleksandria, Mesir mulai tahun 412.[1] Ketika ia ditahbiskan menjadi uskup, Cyrillus menggantikan pamannya yaitu, Theofilus.[1] Ia memiliki pandangan bahwa Yesus Kristus bukan manusia yang didiami atau dipersatukan dengan Allah (Firman), melainkan Ia adalah Allah Firman yang telah menjadi manusia.[1] Doktrin yang diperjuangkan oleh Cyrillus mengenai inkarnasi penjelmaan Allah.[1] Uskup yang memerintah pada tahun 412 ini selain karena doktrin penjelmaan Allah, ia dikenal juga karena keterlibatannya dalam konflik dengan Nestorius, uskup Konstantinopel.[1][2] Perdebatan sengit itu terjadi setelah Cyrillus mendengar ungkapan Nestorius yang menyangkal bahwa perawan Maria adalah theotokos atau biasa dikenal sebagai ibu yang melahirkan Allah.[1] Selain itu, perbedaan lainnya juga terdapat pada inkarnasi Allah.[1] Nestorius berpendapat bahwa Kristus adalah manusia yang dipersatukan dengan Firman, sedangkan Cyrillus menentang dengan mengatakan bahwa Kristus sendiri adalah Firman yang menjelma.[1] Mendengar hal ini, Cyrillus segera melayangkan surat pertamanya kepada Nestorius yang memaksa agar Nestorius dapat menerima theotokos.[1] Surat pertama gagal, dilanjutkan dengan surat kedua yang memerintah Nestorius agar ia mau menandatangani dua belas anathema (kutukan terhadap pernyataan-pernyataan Nestorius yang dianggap sesat oleh Cyrillus).[1] Namun, karena kedua surat ini ditolak oleh Nestorius, akhirnya ia dipecat oleh kaisar dalam Konsili Efesus pada tahun 431.[1][2] Perjuangan Cyrillus akhirnya membuat ia dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan doktrin inkarnasi Allah.[1] Pada tahun 444, akhirnya Cyrillus meninggal dan posisinya segera digantikan oleh keponakannya, yaitu Dioskorus.[1] Sirilus dan para pengikutnya diduga merupakan pelaku pembunuhan Hypatia, jemaat fanatik dari gerejanya menyeret Hypatia dari dalam kereta, mengoyak pakainnya, dan mengulitinya[3].Hypatia merupakan ahli astronomi, matematika, dan fisika dari perpustakaan Alexandria, sebelumnya Sirilus juga menuduhnya sebagai penyihir[4]

Santo Sirilus dari Alexandria
St. Sirilus I, Paus Alexandria ke-24
Tiang Iman; Uskup, Pengaku Iman dan Ahli Gerejawi
Lahir376
Meninggal444
Pesta18 Januari dan 9 Juni (Gereja Ortodoks Timur)
27 Juni (Gereja Koptik Alexandria) dan Gereja Katolik Roma- tetapi 9 Februari di Kalender Romawi 1883–1939 - dan Gereja Lutheran
PelindungAlexandria
Ini adalah pandangan Nestorius yang ditentang oleh Cyrillus

Kanonisasi

sunting

Paus Leo XIII memaklumkan St Sirilus sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1883.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Tony Lane. 2006. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK GM.Hlm.44-46.
  2. ^ a b Michael Collins&Matthew A. Price. 2006. The History of Christianity: Menelusuri Jejak Krstianitas. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.62, 100.
  3. ^ 1934-1996,, Sagan, Carl,; Andya,, Primanda,. Kosmos (edisi ke-Cetakan pertama). Jakarta. ISBN 9786024242244. OCLC 988016679. 
  4. ^ "John of Nikiu: The Life of Hypatia". 2010-07-31. Archived from the original on 2010-07-31. Diakses tanggal 2018-06-07. 

Pustaka tambahan

sunting
  • Artemi, Eirini «The mystery of the incarnation into dialogues «de incarnatione Unigenitii» and «Quod unus sit Christus» of St. Cyril of Alexandria», Ecclesiastic Faros of Alexandria, ΟΕ (2004), 145-277.
  • Artemi, Eirini, St Cyril of Alexandria and his relations with the ruler Orestes and the philosopher HypatiaΟ, Ecclesiastic Faros of Alexandria, τ. ΟΗ (2007), 7-15.
  • Artemi, Eirini, The one entity of the Word Incarnate. α). Apollinarius' explanation, β)Cyril's explanation,Ecclesiastic Faros of Alexandria,, τ. ΟΔ (2003), 293 – 304.
  • Artemi, Eirini The historical inaccurancies of the film Agora about the murder of Hypatia, Orthodox Press, τεύχ. 1819(2010),7.
  • Artemi, Eirini, The use of the ancient Greek texts in Cyril's works, POREIA MARTYRIAS,(2010), 114-125