Lompat ke isi

Markus 7

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Markus 7
Permulaan Injil Markus dalam bahasa Latin (Kitab Durrow, abad ke-7), disimpan di Trinity College Dublin
KitabInjil Markus
KategoriInjil
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
2
pasal 6
pasal 8

Markus 7 (disingkat Mrk 7 atau Mr 7) adalah pasal ketujuh Injil Markus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen, yang diyakini ditulis menurut catatan Markus berdasarkan kesaksian Simon Petrus, salah seorang dari Keduabelas Rasul Yesus Kristus.[1][2]

Struktur isi

[sunting | sunting sumber]

Terjemahan Baru (TB) membagi pasal ini (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Jawab-Nya [Yesus] kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku." (TB)[3]

Mengutip dari: Yesaya 29:13.
Orang Farisi dan para ahli Taurat bersalah karena melakukan legalisme. Seorang legalis mengganti sikap-sikap batin yang datang dari dilahirkan kembali oleh Allah dan Roh Kudus dengan berbagai perbuatan yang lahiriah atau perkataan (Mat 5:27–28; 6:1–7; Yoh 1:13; 3:3–6; Mat 5:20; Yes 1:11; Amos 4:4–5). Orang seperti itu memuliakan Allah dengan bibir, sedangkan hati mereka jauh daripada Dia; dari luar mereka tampaknya benar, tetapi hatinya sama sekali tidak mengasihi Allah.

  • 1) Legalisme sama sekali tidak menunjuk kepada hukum atau norma-norma yang ada di kalangan Kristen. Sebaliknya legalisme berkaitan dengan motivasi—yaitu motivasi yang mendorong orang Kristen menaati kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya. Setiap motivasi untuk menaati perintah atau peraturan Firman Allah yang tidak bersumber dari iman yang hidup kepada Kristus, kuasa pembaharuan Roh Kudus, serta keinginan yang sungguh-sungguh untuk menaati dan menyenangkan hati Allah disebut legalisme (Mat 6:1–7; Yoh 14:21).
  • 2) Bahkan dalam zaman kasih karunia ini orang Kristen masih berkewajiban untuk menaati perintah Kristus dan Firman-Nya. Perjanjian Baru berbicara tentang "hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan" (Yak 1:25), "hukum utama" (Yak 2:8), "hukum Kristus" (Gal 6:2) dan "hukum Roh" (Rom 8:2). Dalam Firman Allah kita menemukan
[Yesus berkata:] "Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (TB)[5]

Mengutip dari: Yesaya 29:13.

[Yesus berkata:] "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."[6]

Orang Farisi dan para ahli Taurat melakukan kesalahan karena menempatkan tradisi manusia di atas penyataan ilahi. Di sini Yesus tidak mengecam semua tradisi, tetapi hanya tradisi yang bertentangan dengan Firman Allah. Tradisi atau peraturan harus dilandaskan pada kebenaran yang sesuai dengan yang terdapat dalam Alkitab (bandingkan 2 Tesalonika 2:15). Gereja-gereja harus melawan kecenderungan untuk mengagungkan tradisi rohani mereka, hikmat manusiawi, atau kebiasaan umum di atas Alkitab. Alkitab merupakan satu-satunya kaidah iman dan kelakuan yang sempurna; Alkitab sekali-kali tidak boleh ditiadakan oleh gagasan manusia (Markus 7:13; Matius 15:6).[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ Markus 7:6 - Sabda.org
  4. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  5. ^ Markus 7:7 - Sabda.org
  6. ^ Markus 7:8

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]